FAUZIAH LECTURER BLOG :-)
Blog ini digunakan untuk anda yang sedang membongkar berkas-berkas ilmu
Rabu, 18 September 2013
Artikel PAUD
RANCANGAN LANDASAN FILOSOFI KURIKULUM di
SEKOLAH/INSTANSI
Penerapan
Landasan Filosofi dalam Pendidikan
filsafat
merupakan sistem nilai yang menjadi dasar dalam menentukan tujuan pendidikan
dan setiap bangsa memiliki sistem nilai tersendiri. Indonesia memiliki sistem
nilai yang bersumber pada pancasila yang bertujuan membentuk manusia yang
pancasilais yang diterapkan dalam pendidikan dan dituangkan dalam bentuk
kurikulum. Dengan kata lain Filsafat pendidikan nasional Indonesia adalah suatu sistem yang mengatur
dan menentukan teori dan praktek pelaksanaan pendidikan yang berdiri di atas
landasan dan dijiwai oleh filsafat hidup bangsa "Pancasila" yang
diabdikan demi kepentingan bangsa dan negara Indonesia dalam usaha
merealisasikan cita-cita bangsa dan negara Indonesia. Pendidikan nasional
adalah suatu sistem yang memuat teori praktek pelaksanaan pendidikan yang
berdiri di atas landasan dan dijiwai oleh filsafat bangsa yang bersangkutan
guna diabdikan kepada bangsa itu untuk merealisasikan cita-cita nasionalnya.
Apabila saya
diberikan kepercayaan untuk terlibat dalam pembuatan kurikulum di sekolah
tempat saya akan mengabdikan hidup saya disana, ada dua aliran filsafat yang
akan melandasi pelaksanaan dan penyusunan kurikulum tersebut, yaitu landasan
Idealisme dan Rasionalisme.
Yang
melandasi hal ini adalah ungkapan dari Ahmad Tafisr dalam bukunya Filsafat
Pendidikan Islam bahwa Rasionalisme sebagai pandangan hidup yaitu kebenaran
diperoleh melalui akal dan diukur dengan akal. Seperti yang kita ketahui Landasan
filsafat pendidikan Pancasila mendasari
sebagian besar kurikulum pelajaran, karena semua kurikulum merujuk dalam
panduan filsafat pendidikan pancasila maka semua daerah harus memasukkan
landasan ini ke setiap kurikulum sekolah, Aceh sebagai Kota yang memiliki
kekhususan dalam Peraturan Daerah juga diterapkannya syari’at islam maka dalam
pengembangan kurikulum bukan hanya menjadi manusia yang berilmu bermutu, tetapi
di Aceh peserta didik akan menerima mata pelajaran agama lebih spesifik dengan
durasi waktu lebih banyak dibanding dengan propinsi lain, yang bertujuan bahwa
pendidikan sekolah bukan hanya menjadi
manusia yang berilmu, bermutu, tetapi juga tawadhu’ dan cerdas secara IPTEK. Oleh karena itu filsafat pendidikan yang
digunakan di sekolah tempat saya mengajar nantinya digabungkan antara
Rasionalisme dengan idealisme. Dimana Idealisme memiliki pandangan bahwa
manusia adalah unsur paling penting, dan juga semua ide yang dihasilkan
bersumber pada Tuhan Pencipta Yang Memiliki semua unsure di jagat raya semesta.
Selain Idealisme saya akan mengkolaborasi dengan aliran filsafat
Pragmatisme, seperti yang kita ketahui bahwa dalam filsafat pendidikan
pragmatis Pendidikan yang mengikuti pola filsafat
pragmatisme akan berwatak humanis, dan pendidikan yang humanis akan melahirkan
manusia yang humanis pula. Karena itu, pernyataan “man is the meansure of all things” (Sadulloh, 2003: 120) akan sangat didukung oleh penganut aliran
pragmatis, sebab hakekat pendidikan itu sendiri adalah memanusiakan manusia
(Drost, 1998:v).
Inti dari filsafat
pendidikan yang berwatak pragmatis; pengetahuan yang benar adalah pengetahuan
yang berguna, dan hasil dari pendidikan adalah berfungsi bagi kehidupannya.
Karena itu, pendidikan harus didesain secara fleksibel dan terbuka. Maksudnya
pendidikan tidak boleh mengurung kebebasan berkreasi anak, lebih-lebih membunuh
kreatifitas anak. Menurut pragmatisme, pendidikan bukan semata-mata membentuk
pribadi anak tanpa memperhatikan potensi yang ada dalam diri anak, juga bukan
beranggapan bahwa anak telah memiliki kekuatan laten yang
memungkinkan untuk berkembang dengan sendirinya sesuai tujuan. Namun,
pendidikan merupakan suatu proses reorganisasi dan rekonstruksi dari
pengalaman-pengalaman individu (Sadulloh, 2003:125).
Saya memilih filsafat ini salah satu dasarnya dalam rancangan landasan
filososfi , karena Landasan Pendidikan Pancasila menggunakan filsafat ini yang
mana disini pragmatis yang memberikan kebebasan pada anak untuk mengeksplorasi
dirinya agar mereka mendapatkan pribadi yang kuat dan pemberani, karena dalam Pendidikan yang bercorak pragmatisme selalu memandang bahwa anak
bukanlah individu yang silent, melainkan individu yang memiliki
pikiran yang aktif dan kreatif. Pengetahuan sebenarnya merupakan hasil dari
transaksi manusia dengan lingkungannya, termasuk kebenaran menjadi bagian dari
pengetahuan itu sendiri. Karena itu, seorang guru yang memiliki pandangan
pragmatis akan selalu memperhatikan situasi lingkungan masyarakat anak, serta
mendorong agar anak turut memecahkan persoalan yang ada disekitar tinggal
mereka. Inilah alasan yang kuat mengapa pragmatis dapat dijadikan landasan
dalam penyusunan kurikulum di sekolah saya,
karena tujuan pendidikan pragmatisme adalah menumbuhkan jiwa yang aktif
dan kreatif; membentuk jiwa yang bertanggung jawab; sosial; dan mengembangkan
pola pikir eksploratif yang mandiri kepada anak. Dengan tujuan tersebut pola
perkembangan anak akan berjalan sesuai dengan pilihan hidup yang telah
direncanakan.
Dan untuk kaidah – kaidah filsafat pendidikan dalam rancangan landasan
filosofi, yaitu idealime adalah :
Aliran Filsafat Idealisme
Tokoh aliran idealisme adalah Plato (427-374 SM), murid Sokrates. Aliran idealisme merupakan suatu
aliran ilmu filsafat yang mengagungkan jiwa. Menurutnya, cita adalah gambaran
asli yang semata-mata bersifat rohani dan jiwa terletak di antara gambaran asli
(cita) dengan bayangan dunia yang ditangkap oleh panca indera. Pertemuan antara
jiwa dan cita melahirkan suatu angan-angan yaitu dunia idea. Aliran ini
memandang serta menganggap bahwa yang nyata hanyalah idea. Idea sendiri selalu tetap atau tidak mengalami perubahan serta
penggeseran, yang mengalami gerak tidak dikategorikan idea.
Keberadaan idea tidak tampak dalam wujud lahiriah, tetapi gambaran yang
asli hanya dapat dipotret oleh jiwa murni. Alam dalam pandangan idealisme
adalah gambaran dari dunia idea, sebab posisinya tidak menetap. Sedangkan yang
dimaksud dengan idea adalah hakikat murni dan asli. Keberadaannya sangat
absolut dan kesempurnaannya sangat mutlak, tidak bisa dijangkau oleh material.
Pada kenyataannya, idea digambarkan dengan dunia yang tidak berbentuk demikian
jiwa bertempat di dalam dunia yang tidak bertubuh yang dikatakan dunia idea.
Bagi aliran idealisme, anak didik merupakan seorang pribadi tersendiri,
sebagai makhluk spiritual. Mereka yang menganut paham idealisme senantiasa
memperlihatkan bahwa apa yang mereka lakukan merupakan ekspresi dari
keyakinannya, sebagai pusat utama pengalaman pribadinya sebagai makhluk
spiritual. Tentu saja, model pemikiran filsafat idealisme ini dapat dengan
mudah ditransfer ke dalam sistem pengajaran dalam kelas. Guru yang menganut
paham idealisme biasanya berkeyakinan bahwa spiritual merupakan suatu
kenyataan, mereka tidak melihat murid sebagai apa adanya, tanpa adanya spiritual.
Sejak idealisme
sebagai paham filsafat pendidikan menjadi keyakinan bahwa realitas adalah
pribadi, maka mulai saat itu dipahami tentang perlunya pengajaran secara
individual. Pola pendidikan yang diajarkan fisafat idealisme berpusat dari
idealisme. Pengajaran tidak sepenuhnya berpusat dari anak, atau materi
pelajaran, juga bukan masyarakat, melainkan berpusat pada idealisme. Maka,
tujuan pendidikan menurut paham idealisme terbagai atas tiga hal, tujuan untuk
individual, tujuan untuk masyarakat, dan campuran antara keduanya.
Guru dalam sistem pengajaran yang menganut aliran idealisme berfungsi
sebagai: (1) guru adalah personifikasi dari kenyataan si anak didik; (2) guru
harus seorang spesialis dalam suatu ilmu pengetahuan dari siswa; (3) Guru
haruslah menguasai teknik mengajar secara baik; (4) Guru haruslah menjadi
pribadi terbaik, sehingga disegani oleh para murid; (5) Guru menjadi teman dari
para muridnya; (6) Guru harus menjadi pribadi yang mampu membangkitkan gairah
murid untuk belajar; (7) Guru harus bisa menjadi idola para siswa; (8) Guru
harus rajin beribadah, sehingga menjadi insan kamil yang bisa menjadi teladan
para siswanya; (9) Guru harus menjadi pribadi yang komunikatif; (10) Guru harus
mampu mengapresiasi terhadap subjek yang menjadi bahan ajar yang diajarkannya;
(11) Tidak hanya murid, guru pun harus ikut belajar sebagaimana para siswa
belajar; (12) Guru harus merasa bahagia jika anak muridnya berhasil; (13) Guru
haruslah bersikap dmokratis dan mengembangkan demokrasi; (14) Guru harus mampu
belajar, bagaimana pun keadaannya.
Kurikulum yang
digunakan dalam pendidikan yang beraliran idealisme harus lebih memfokuskan
pada isi yang objektif. Pengalaman haruslah lebih banyak daripada pengajaran
yang textbook. Agar supaya pengetahuan dan pengalamannya senantiasa aktual.
Dalam
pengertian filsafati, idealisme adalah
sistem filsafat yang menekankan pentingnya keunggulan pikiran (mind),
roh (soul) atau jiwa (spirit) dari pada hal-hal yang bersifat
kebendaan atau material. Pandangan-pandangan umum yang disepakati
oleh para filsuf idealisme, yaitu:
- Jiwa (soul) manusia adalah unsur yang paling penting dalam hidup.
- Hakikat akhir alam semesta pada dasarnya adalah nonmaterial.
- Konsep Filsafat Umum Ideologis
- Metafisika
Metafisika adalah cabang filsafat yang mempelajari atau membahas hakikat realitas (segala sesuatu yang ada) secara menyelurh (komprehensif). - Hakikat
Realistis
Para filsuf idealis mengklaim bahwa hakikat realitas bersifat spiritual atau ideal. Bagi penganut idealisme, realitas diturunkan dari suatu substansi fundamental, adapun substansi fundamental itu sifatnya nonmaterial, yaitu pikiran/spirit/roh. Benda-benda yang bersifat material yang tampak nyata, sesungguhnya diturunkan dari pikiran/jiwa/roh. - Hakikat
Manusia
Menurut para filsuf idealisme bahwa manusia hakikatnya bersifat spiritual/kejiwaan. Menurut Plato, setiap manusia memiliki tiga bagian jiwa, yaitu nous (akal fikiran) yang merupakan bagian rasional, thumos (semangat atau keberanian), dan epithumia (keinginan, kebutuhan atau nafsu). Dar ketiga bagian jiwa tersebut akan muncul salah satunya yang dominan. Jadi, hakikat manusia bukanlah badannya, melainkan jwa/spiritnya, manusia adalah makhluk berfikir, mampu memilih atau makhluk yang memiliki kebebasan, hidup dengan suatu aturan moral yang jelas dan bertujuan - Epistemotologi
Epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari atau membahas tentang hakikat pengetahuan. Menurut filsuf idealisme, proses mengetahui terjadi dalam pikiran, manusia memperoleh pengetahuan melalui berfikir dan intuisi (gerak hati). Beberapa filsuf percaya bahwa pengetahuan diperoleh dengan cara mengingat kembali (semua pengetahuan adalah susatu yang diingat kembali) - Aksiologi
Aksiologi adalah cabang filsafat yang mempelajari atau membahas tentang hakikat nilai. Para filsuf idealisme sepakat bahwa nilai-nilai bersifat abadi. Menurut penganut Idealime Theistik nilai-nilai abadi berada pada Tuhan. Penganut Idealisme Pantheistik mengidentikan Tuhan dengan alam
- Implikasi Terhadap Pendidikan
1. Tujuan
Pendidikan
Menurut para filsuf idealisme, pendidikan bertujuan untuk membantu perkembangan pikiran dan diri pribadi (self) siswa. Mengingat bakat manusia berbeda-beda maka pendidikan yang diberikan kepada setiap orang harus sesuai dengan bakatnya masing-masing.
Menurut para filsuf idealisme, pendidikan bertujuan untuk membantu perkembangan pikiran dan diri pribadi (self) siswa. Mengingat bakat manusia berbeda-beda maka pendidikan yang diberikan kepada setiap orang harus sesuai dengan bakatnya masing-masing.
2. Kurikulum
Pendidikan
Kurikulum pendidikan idealisme berisikan pendidikan liberal dan pendidikan vokasional/praktis. Pendidikan liberal dimaksudkan untuk pengembangan kemampuan-kemampuan rasional dan moral. Pendidikan vokasional dimaksudkan untuk pengembangan kemampuan suatu kehidupan/pekerjaan.
Kurikulum pendidikan idealisme berisikan pendidikan liberal dan pendidikan vokasional/praktis. Pendidikan liberal dimaksudkan untuk pengembangan kemampuan-kemampuan rasional dan moral. Pendidikan vokasional dimaksudkan untuk pengembangan kemampuan suatu kehidupan/pekerjaan.
3. Metode
Pendidikan
Tidak cukup mengajar siswa tentang bagaimana berfikir, sangat penting bahwa apa yang siswa pikirkan menjadi kenyataan dalam perbuatan. Metode mangajar hendaknya mendorong siswa untuk memperluas cakrawala, mendorong berfikir reflektif, mendorong pilihan-pilihan morak pribadi, memberikan keterampilan-keterampilan berfikir logis, memberikan kesempatan menggunakan pengetahuan untuk masalah-masalah moral dan sosia, miningkatkan minat terhadap isi mata pelajaran, dan mendorong siswa untuk menerima nilai-nilai peradaban manusia (Callahan and Clark,1983).
Tidak cukup mengajar siswa tentang bagaimana berfikir, sangat penting bahwa apa yang siswa pikirkan menjadi kenyataan dalam perbuatan. Metode mangajar hendaknya mendorong siswa untuk memperluas cakrawala, mendorong berfikir reflektif, mendorong pilihan-pilihan morak pribadi, memberikan keterampilan-keterampilan berfikir logis, memberikan kesempatan menggunakan pengetahuan untuk masalah-masalah moral dan sosia, miningkatkan minat terhadap isi mata pelajaran, dan mendorong siswa untuk menerima nilai-nilai peradaban manusia (Callahan and Clark,1983).
4. Peran
Guru dan Siswa
Para filsuf idealisme mempunyai harapan yang tinggi dari para guru. Keunggulan harus ada pada guru, baik secara moral maupun intelektual. Tidak ada satu unsur pun yang lebih penting di dalam sistem sekolah selain guru. Guru hendaknya “bekerjasama dengan alam dalam proses menggabungkan manusia, bertanggung jawab menciptakan lingkungan pendidikan bagi para siswa. Sedangkan siswa berperan bebas mengembangkan kepribadian dan bakat-bakatnya”.
Para filsuf idealisme mempunyai harapan yang tinggi dari para guru. Keunggulan harus ada pada guru, baik secara moral maupun intelektual. Tidak ada satu unsur pun yang lebih penting di dalam sistem sekolah selain guru. Guru hendaknya “bekerjasama dengan alam dalam proses menggabungkan manusia, bertanggung jawab menciptakan lingkungan pendidikan bagi para siswa. Sedangkan siswa berperan bebas mengembangkan kepribadian dan bakat-bakatnya”.
Demikian
pemaparan saya tentang beberapa landasan filosofi yang mendasari rancangan saya
kedepan tentang kurilum di sekolah yang akan saya bangun nantinya dan saya
kembangkan nantinya, karena yang terpenting saat melihat sekolah adalah
kebahagiaan dan keceriaan anak-anak yang harus kita jaga dan mengembangkan
pengetahuan mereka tanpa ada bentuk kekerasan ataupun otoriter dalam
pembelajaran nantinya, dan kolaborasi antara dua filsafat pendidikan ini dapat
merubah pandangan bahwa belajar harus melibatkan diri anak dalam kegiatan
formil, dan kondisi yang serius, justru pendidikan itu harus membuat peserta
didik nyaman, tanpa terpaksa, mampu berpikir cerdas tentang ilmu juga agama,
dan disamping itu kesenangan dan minat anak tidak tersisihkan, yang paling
penting semua ini tidak boleh keluar dari konsep pembelajaran IMTAQ, dan juga
IPTEK.
Biodata Blogger AuzyTu
Blogger ini dibuat oleh seseorang yang mencari nuansa baru, jendela senyum dan kedamaian hati, selamat datang .....
nama blogger : Fauziatul Halim
nama blogger : Fauziatul Halim
Langganan:
Postingan (Atom)